Masih melekat di ingatan kita semua mengenai bencana yang terjadi di Jepang pada tanggal 11 Maret 2011 silam. Tak bisa dipungkiri bencana berupa gempa dan tsunami tersebut memberikan dampak yang sangat serius di berbagai aspek kehidupan bangsa Jepang, termasuk aspek ekonominya. Pascabencana Jepang secara signifikan mempengaruhi kondisi perekonomian negara tersebut. Beberapa industri mengalami kelesuan dan imbasnya, industri serupa atau yang berhubungan dengan industri-industri tersebut yang ada di negara-negara lain ikut mengalami kelesuan. Tak berhenti sampai di situ, efek pascabencana negara ini menular layaknya influenza ke negara-negara lain yang menjalin interaksi dengan Jepang, salah satunya negara kita, Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang menjalin hubungan kerja sama bilateral dengan Jepang di bidang ekonomi. Dan seperti yang mungkin telah kita semua ketahui, banyak perusahaan Jepang yang menjalin kerja sama dengan perusahaan dalam negeri. Industri otomotif Indonesia adalah salah satu industri yang mana perusahaan-perusahaannya menjalin kerja sama dengan industri di Jepang. Hampir seluruh komponen bahan baku industri otomotif negara kita diproduksi oleh negeri bunga sakura. Sendai, kota Jepang yang dilanda tsunami, adalah kota yang memiliki produsen-produsen komponen bahan baku industri manufaktur otomotif yang dengan mereka perusahaan otomotif kita bekerja sama. Produksi komponen bahan baku di sana tersendat, bahkan sempat terhenti, sehingga menyebabkan penurunan produksi industri manufaktur otomotif kita menurun. Ketergantungan Indonesia akan pasokan komponen-komponen dari Jepang tersebut mungkin merupakan alasan utamanya. Dan berdasarkan berita yang saya baca di Kompas 4 Mei 2011, penurunan produktivitas tersebut menyebabkan penurunan jam kerja para buruh dan ketiadaan jam lembur yang akhirnya menyebabkan semakin sedikitnya para buruh yang bekerja di industri tersebut. Di beberapa perusahaan bahkan telah terjadi rasionalisasi serta perumahan terhadap sejumlah buruhnya karena hal ini. Hal ini menunjukkan bahwa efek dari bencana yang terjadi di negara tersebut mempengaruhi produktivitas industri otomotif Indonesia sekaligus kesejahteraan masyarakat Indonesia, yang nantinya berefek pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dampak pascabencana Jepang sampai saat ini memang masih membalut negara tersebut. Negara tersebut masih melalui tahap recovery dan harus melakukan perbaikan di sana-sini secara internal. Indonesia, sebagai salah satu negara yang aktif berinteraksi dengan Jepang dan pada akhirnya ikut terkena imbasnya, hanya bisa membantu lewat doa, daya, dan juga dana bagi negeri tersebut sembari berpikir kreatif mencari cara untuk kembali meningkatkan produktivitas industri otomotif negeri ini. Menurut saya, ada baiknya perusahaan-perusahaan kita yang bergerak di industri otomotif mulai memproduksi komponen-komponen bahan bakunya sendiri sehingga tidak menimbulkan ketergantungan ke negara lain. Selain lebih cepat dalam hal ketersediaan dan biaya juga lebih rendah karena tidak ada biaya transportasi, Indonesia juga jadinya lebih mandiri. Selain itu, efek domino seperti ini juga tidak akan terjadi jika negara tempat kita bergantung tertimpa satu masalah.
#pernah dimuat di kompasiana
No comments:
Post a Comment